Selasa, 15 Januari 2013

Survey P3M Pangalengan

Masih ingat beberapa tahun lalu, saat aku menginjak tempat ini (Desa Margaluyu) aku dan teman2ku anak buah kyai Barja bersama2 berusaha mendirikan sebuah piramid di samping rumah pak kadus. Kami bahu membahu mengambil batu batuan bekas reruntuhan borobudur dua bulan sebelumnya. Tapi apa boleh buat, setelah piramid berdiri pasukan majapahit dan sekutunya dari cicalengka menjualnya ke meksiko tanpa pemberitahuan kepada ketua geng kami, haji usro.

Namun kesalahpahaman pun mereda, setelah salah satu perwakilan majapahit bernama bram meminta maaf dan memberikan beberapa lembar uang kertas sebagai permohonan maafnya.

Aku yakin saat itu sebenarnya haji usro dan beberapa koleganya belum sepenuhnya percaya akan permohonan damai yang diajukan pasukan majapahit. Setelah sebelumnya anak haji usro (alex) dibunuh oleh salah satu pemimpin partai dari majapahit, karena dianggap telah menghalangi pergerakan demokrasinya.
Haji usro masih dendam terhadap majapahit, dan berencana akan melakukan pengeboman di daerah pangalengan selatan, tempat arwah raja majapahit bersemayam.

Dua bulan setelah rencana pengeboman pangalengan beredar di internet, Haji odang dan hajah Sukaesih (saudara haji usro) ditangkap oleh prajurit majapahit dan dihukum mengepel lantai mesjid agung makasar dua hari dua malam. Mereka tidak dapat berkutik setelah sebelumnya mereka berdua ( Haji odang dan hajah Sukaesih)  diputuskan hakim terbukti bersalah atas perencanaan pengeboman kantor kecamatan pangalengan.

 Selain itu, mereka berdua pun tidak mendapatkan jatah minum susu selama dua hari, itulah yg menyebabkan mereka sakit sakitan dan salahsatu diantaranya (h. odang) mengalami koma selama seminggu.

Dua langkah dari sd pelita 2 (desa margaluyu) terdapat sebuah kolam ikan kecil milik pak lurah yang berisi dua ekor kura2 jantan, yang satu berwarna hijau bernama kintakun, dan yang satu lagi juga berwarna hijau dan juga bernama kintakun.
Sejenak teringat ketika aku masih sd, sebelum aku berangkat ke bandung aku pernah bilang pada kintakun bersaudara, bahwa kelak suatu hari nanti aku akan kembali ke sini (desa margaluyu), dan kita akan bersenang2 berenang bertiga di laut mati (laut tempat dimana semua mahluk hidup akan mati jika berenang di dalamnya tanpa menggunakan kaos kaki). Kemudian salahsatu kura kura yang gay mnjawab. "Mungkin nanti ketika kmu (Amar) sudah besar dan mengadakan acra p3m di sini itu kami sudah tua, dan engkaupun tdk akn mudah mngnali kami." dgn nada lirih.
"Baiklah Kintakun klo boleh aku memohon keajaiban kpada Tuhan, agar klian walopun penyuka ssama jnis dikaruniai anak yg soleh dan berbakti kepada kedua orangtuanya, sehingga kelak ada anak cucumu yg aku kenali ketika kembali berkunjung ke desa ini (margaluyu)" jawabku kepada kura kura. Kemudian kami semua meng-amini doa kami bersama2.

Setelah lama2  bernostalgia di desa margaluyu, aku, tanindra, shandy dan teman2 lain dari upi akhirnya pulang kmbali dgn tertib ke bumi, ke jalan Dr setiabudhi no 229 tepatnya.